Minggu, 20 Mei 2012

Kebangkitan (dan) Pendidikan Nasional


Entah kebetulan atau tidak, jika dibulan Mei ada dua peristiwa penting yang menjadi titik kisar Indonesia sebagai bangsa yaitu Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional . Dan entah kebetulan atau tidak, jika Hari Pendidikan (2 Mei) justru kita peringati terlebih dahulu sebelum Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei). Apakah ini mengindikasikan bahwa sebelum bisa bangkit sebagai bangsa kita harus memajukan dunia pendidikan Indonesia.
Hari Pendidikan Nasional yang kita peringati berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959 bukan sekedar peristiwa untuk memperingati kembali peran-peran tokoh pendidikan Indonesia–Ki Hajar Dewantara, tetapi lebih penting dari itu untuk melakukan evaluasi terhadap pendidikan di Indonesia. Tulisan ini hendak membicarakan hubungan antara Pendidikan Nasional dan Kebangkitan Nasional yang sama-sama diperingati di bulan Mei.
Ada satu benang penghubung jelas bahwa Ki Hajar Dewantara yang menjadi titik episentrum Hari Pendidikan Nasional (2 Mei adalah hari kelahiran Ki Hajar Dewantara pada tahun 1889) dan Kebangkitan Nasional (beliau juga tokoh Kebangkitan Nasional) tetapi selain itu ia juga adalah salah satu tokoh kebangkitan nasional. Selain nama Ki Hajar Dewantara juga ada nama Sutomo dan dr. Cipto Mangunkusumo serta Douwes Dekker. Bukan kebetulan jika mereka semua adalah juga tokoh-tokoh yang mendapatkan pencerahan pendidikan.


Sutomo adalah tokoh yang dibesarkan dalam lingkungan yang menghargai pendidikan. Ia memang harus meninggalkan pendidikannya di MULO karena alasan untuk melakukan pekerjaan akibat depresi yang melanda dunia masa itu. Tetapi ia kemudian berhasil menyelesaikan HBSnya walau lewat korespondensi dan tidak pernah lulus resmi. Tapi keaktifannya di KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) diakui oleh Sutomo merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya.
Adapun dr. Cipto Mangunkusomo juga adalah potret tokoh yang tercerahkan oleh pendidikan. Beliau merupakan lulusan dari Stovia dan mengakui bahwa di Stovialah ia menemukan dirinya. Dan tentu saja juga Ki Hajar Dewantara adalah tokoh penting dunia pendidikan. Ia juga merupakan murid Stovia.  Adapun Dr. Ernest Douwes Dekker adalah anak yang lahir dari ayah Jerman dan Ibu yang berasal dari Jawa tentu saja adalah tokoh yang tercerahkan secara pendidikan. Nama Cipto Mangunkusomo, Ki Hajar Dewantara dan Douwes Dekker juga dikenal sebagai tokoh Tiga Serangkai.
Membaca fakta-fakta ini, maka pada dasarnya akan mengantarkan kita pada sebuah pemahaman bahwa ternyata, salah satu prasyarat penting untuk bangkit sebagai bangsa adalah melalui pendidikan. Menjauhkan pendidikan dari rakyat sama saja menjauhkan rakyat dari kesadarannya dan cita-cita untuk menjadi sebuah bangsa yang berdaulat.
Catatan lain yang ditunjukkan dari 4 tokoh Kebangkitan Nasional  ini adalah senjata perjuangan yang sama yaitu lewat “pena”. Sutomo atau Bung Tomo pernah menjadi jurnalis yang sukses. dr. Cipto Mangunkusomo juga merupakan jurnalis. Akibat dari tulisan-tulisannya di harian De Locomotief, Cipto sering mendapat teguran dan peringatan dari pemerintah.
Nama Ki Hajar Dewantara juga sangat dengan dengan perlawanan menggunakan “pena”. RM Suwardi Suryaningrat yang menjadi namanya sebelum tahun 1922 berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara juga merupakan kolomnis. Bahkan tulisannya di surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker, tahun 1913 mampu membuat telinga Belanda terasa mendidih.
Douwes Dekker juga adalah seorang jurnalis. Pengalamannya menulis pengalaman perang di surat kabar terkemuka mengantarkannya meraih pekerjaan reporter di De Locomotief. Ia juga pernah menjadi staf redaksi Bataviaasch Nieuwsblad, 1907. Akibat perlawanan penanya, ia pun selalu menjadi objek mata-mata Belanda, karena tulisannya dianggap membangkitkan semangat perlawanan pribumi.
Apa yang dapat kita katakan dari rentetan ini? Tentu saja bahwa salah satu syarat agar pendidikan bisa mengkristal menjadi sebuah kesadaran untuk bangkit, maka kehidupan ilmiah harus tercapai. Manusia-manusia terdidik harus mampu mengoptimalkan ide-ide mereka memenuhi angkasa pikiran rakyat Indonesia lewat tulisan-tulisan yang mencerdaskan.
Lalu sekarang maukah kita memulainya?.. jawabannya ada di pikiran kita masing-masing. selamat Hari Pendidikan dan Kebangkitan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar