Minggu, 24 Juli 2011

Sikap Optimis vs Pesimis

Dalam kehidupan di sekitar kita selalu terdapat orang-orang yang pesimis dan orang-orang yang optimis. Biasanya mayoritas orang adalah pesimis. Kata-kata yang sering diucapkan orang pesimis adalah :


- ”Ah, saya nggak mampu…”
- ”Nggak berani ah mencoba tantangan itu…”
Sementara orang-orang optimis akan selalu mengatakan :
- ”Saya siap menerima tantangan apa pun yang diberikan!”
- ”Saya harus sukses!”
Apa yang menyebabkan orang-orang berperilaku pesimis?
Faktor lingkungan, kurang percaya diri dan trauma kegagalan di masa lalu merupakan penyebab yang sering timbul yang menyebabkan orang menjadi pesimis. Jika kita hidup di lingkungan yang serba pesimis maka akan menggerus sikap kita yang optimis. Terkadang kita mematikan “hero” di dalam diri kita sebelum kita maju bertanding.
Orang yang kurang percaya diri akan selalu bersifat pesimis menanggapi suatu peluang. “Ah… mana mungkin, saya anak seorang petani, kok berani-beraninya bermimpi untuk sukses…” Inilah contoh sikap pesimis. Kegagalan di masa lalu menyebabkan orang menjadi pesimis. Jika seseorang gagal dalam suatu tes penerimaan pegawai di suatu kantor, maka dia akan pesimis untuk diterima di tes-tes penerimaan pegawai berikutnya.
Orang yang optimis akan selalu percaya tentang masa depannya. Orang yang positif akan melihat kehidupan kita pada intinya terdiri dari 10% fakta dan 90% bagaimana kita menyikapi fakta-fakta tersebut. Orang yang optimis melihat kegagalan sebagai sesuatu yang wajar–sebagai fakta (10%). Jika persiapan lebih bagus, maka orang yang optimis akan selalu percaya bahwa kesuksesan akan datang setelah kita berjuang tidak kenal lelah–sebagai sikap (90%). Orang yang pesimis akan melihat kegagalan sebagi hal yang mutlak, sudah nasib–sebagai fakta (10%). Kegagalan dianggap karena terjadi ketidakadilan (menyalahkan keadaan) dan jika kita mencoba satu kesempatan lagi pasti juga gagal (pasrah)–sebagai sikap (90%).
Orang-orang pesimis akan menutup mata jika melihat ada setitik cahaya di dalam kegelapan, sementara orang-orang optimis akan membuat cahaya tersebut menerangi kegelapannya. Coba amati ikan di lautan. Mereka hidup di lingkungan perairan asin. Namun jika kita memakan dagingnya maka rasa dagingnya akan tetap tawar. Apa yang bisa kita pelajari dari hal ini? Meskipun lingkungan kita selalu pesimis, bukan berarti kita harus menjadi orang pesimis juga. Justru kesempatan buat kita untuk memberi contoh yang baik menjadi manusia yang optimis.
Gill Stern mengatakan bahwa Both optimists and pessimists contribute to our society. The optimist invents the airplane and the pessimist the parachute. (Baik sikap optimis maupun pesimis sama-sama berkontribusi dalam kehidupan kita. Orang yang optimis menemukan pesawat udara, sementara yang pesimis dengan parasut). Henry Truman mengatakan bahwa A pessimist is one who makes difficulties of his opportunities and an optimist is one who makes opportunities of his difficulties. (Orang yang pesimis adalah orang yang membuat kesulitan pada kesempatan yang dia peroleh, sementara orang optimis adalah orang yang membuat kesempatan di tengah kesulitan yang dihadapi).
Bayangkan jika anda seorang dokter yang sedang menangani pasien yang sakit parah. Ada 2 sikap yang bisa anda lakukan, yaitu :
- Memberi tahu pasien kalau penyakitnya sudah kronis dan percuma untuk diobati karena hanya menghambur-hamburkan biaya dan lebih baik pasien tinggal di rumah saja;
Atau :
- Mengatakan kepada pasien bahwa penyakitnya bisa disembuhkan, hanya berilah kepercayaan kepada dokter untuk menanganinya.
Sikap mana yang anda ambil? Mengapa?
Inilah terkadang “berbohong yang baik” juga diperlukan. Jika pasien diberitahu kalau penyakitnya bisa disembuhkan maka pasien akan mempunyai semangat hidup lebih tinggi. Semangat hidup yang tinggi sudah 50% menyembuhkan penyakit tersebut. Apakah anda setuju?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar